Rabu, 16 Desember 2009

papa

P A P A

Kami pergi ke Galunggung dalam rangka mengisi liburan. Selama perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar 1 jam, kami isi dengan senda gurau yang menyenangkan. Seperti biasa, Papa suka melontarkan gurauan yang mengundang tawa.

“ Tahukah kalian, siapa yang dipanggil Betet oleh Nenek Ummi?”, sahut Papa. Nenek Ummi adalah panggilan untuk ibunda Papa yang berdarah Irak.

“ Tahu !!!”, serempak ketiga mulut usil adik- adik menjawab.

“ Kakak !!!”, jawaban berupa teriakan menggema di mobil Kijang yang penuh sesak.

Papa tahu persis, saya tidak suka dipanggil Betet, sebab ini berhubungan dengan anggota tubuh yang sebetulnya membanggakan.

Peristiwa ini terjadi ketika saya baru Pesta Kenaikan ke Kelas VI. Kami semua pergi berdarmawisata ke Gunung Galunggung

“ Tidak apa – apa dipanggil Betet. Memang hidung saya mancung sih”, jawab saya sedikit sebel.

***

Tak terasa sampai juga di lokasi tujuan. Berenang ! ini keinginan jamaah dari Cibangun Kaler, tempat kami tinggal.

“ Wah, airnya panas sekali !!! “, seru adik laki – laki yang hanya satu – satunya.

“ Pelan- pelan dulu turunnya . Jangan sekaligus !”, Mama yang menjawab dengan lembut, sambil membimbing adik terkecil.

Canda gurau penuh keakraban, terjalin dengan indahnya. Memberi kesan mendalam tentang harmoni sebuah keluarga. Ini nilai lebih yang dimiliki keluarga saya tercinta.

Kebahagiaan ini belum berakhir. Setelah lelah mencapai puncak, perutpun meminta haknya. Terbayang kenikmatan, ketika nasi dan lauk pauk sibuk melenyapkan rasa lapar. Alhamdulillah ! KaruniaMu jualah semua ini terlaksana.

Rasa lelah dan kantuk mulai menyergap. Ini menandakan akhir wisata keluarga yangmengasyikkan. Perjalanan pulangpun bernuansa keheningan,karena mata tidak mau berkompromi.

***

Om, berhenti sebentar !”, teriak Papa mengagetkan kami semua.

Ada apa, Pa ?”, tanya kami serempak. Rasa heran menyelimuti hati kami.

“ Kalian tunggu disini sebentar ! Papa ada perlu!”,jawab Papa sambil membuka pintu dan turun. Kami semua bengong, tidak mengerti.

Papa berjalan menyeberang, mendekati seseorang. Kami semua memperhatikan dari jauh. Terlihat Papa mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Oh, rupanya dompet . Papa mengeluarkan beberapa lembar uang dan memberikannya kepada seseorang itu. Sekilas terlihat orang itu mengangguk-anggukkan kepalanya. Papa tersenyum dan menyalami tangannya dengan ta’zim. Dengan menajamkan penglihatan karena hari sudah sore, saya memperhatikan dengan seksama siapa yang bersama Papa di seberang itu.

“Oh, itu seorang Nenek – nenek !”, gumam saya heran.

Ada apa dengan Papa ya ?”, tanya adik nomor dua.

“ Papa, sedang memberikan uang sedekah untuk nenek itu “, jawab Mama lembut. Buyar semua prasangka kami.

“ Subhanalloh, baik sekali Papa kita ya ?”, tanya saya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban. Ada rasa haru menyeruak tiba – tiba di dalam hati. Bangga dan salut atas keteladanan yang diberikan Papa. Tanpa kata tapi dengan perbuatan sarat makna.

“ Itulah hebatnya Papa kalian. Tidak perlu mengumbar kata untuk suatu nasihat. Cukup dengan satu perbuatan, bisa menimbulkan sekian makna. Ini pelajaran penting untuk diambil nilainya oleh kalian !”, jelas Mama melalui perkataannya yang runut dan mudah dimengerti.

“ Memberi tanpa kenal orang yang diberi !”, simpul Nabila, adik yang bercita-cita ingin menjadi Psikolog.

Ketika Papa kembali naik kemobil lagi, kami menyalaminya dengan rasa kagum yang tidak dapat kami sembunyikan.

Ada apa anak – anak?”, tanya Papa sambil menutup pintu dan menyuruh adik bungsu Mama untuk melanjutkan perjalanan pulang.

“ Kami semua bangga pada Papa !”, jawab saya mewakili kami semua. Senyum manis menghias bibir.

“ Ah, ini hanya perbuatan kecil. Kalian harus melakukan perbuatan yang lebih besar !”, jelas Papa merendah. Ini salah satu sifat Papa yang sangat kami kagumi. Merendah setelah berbuat sesuatu.

***

Peristiwa di atas, mungkin sepele bagi orang lain, tapi memberi arti yang dalam bagi kami Putra – putrinya. Hidup memang harus berbagi dengan orang lain, tanpa pamrih apapun, kecuali keridhoan Alloh SWT.

Ini menjadi satu titik balik dalam memandang kehidupan bagi saya. Keteladanan Papa, memberi inspirasi bagi saya, untuk selalu berbuat baik kepada sesama. Ini perintah Agama !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar